PENGARUH PEMBERIAN PAKAN YANG
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)
USULAN
PENELITIAN
DEDE ARI WIZJAYA
07C10432061
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejalan dengan
meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat ikan sebagai
bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat konsumsi ikan juga meningkat. Sebagai
bahan makanan ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dengan harga
relatif murah dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya dengan
mengandung gizi yang tinggi dan kaya akan asam lemak omega 3 yang bagus untuk
pertumbuhan otak anak – anak dan mengurangi resiko serangan jantung. hal ini
yang menyebabkan permintaan ikan dari hari ke hari mengalami peningkatan
seiring dengan jumlah pertumbuhan penduduk.
Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan ikan, telah ditempuh berbagai usaha diantaranya. pembudidayaan
secara exstensif, semi intensif maupun intensif. Salah satu ikan yang menjadi
primadona saat ini adalah lele sangkuriang (Clarias
sp), Lele
Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back
cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk
jantan generasi keenam (F6). Kemudian menghasilkan jantan dan betina
F2-6. Jantan F2-6 selanjutnya dikawinkan dengan
betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan lele sangkuriang
(Anonimus, 2007). Keistimewaan dari lele sangkuriang ini tidak jauh berbeda
dengan lele dumbo karena berasal dari induk lele dumbo, tetapi tingkat derajat
penetasan telur dan fekunditas telur yang tinggi.
Perkembangan usaha budidaya lele
sangkuriang telah menyebabkan permintaan bibit turut meningkat. Penyediaan
bibit merupakan tahap awal menentukan keberhasilan usaha budidaya dan oleh
karena itu dituntut ketersediaan benih yang baik dari segi mutu dan jumlah dari
balai – balai pembenihan ikan.
Pada saat setelah menetas hingga
hari ke 3 benih ikan lele sangkuriang masih mendapatkan asupan makanan dari
kuning telur atau yolk sack dari
tubuhnya. Setelah 3 hari ke depan dapat diberikan pakan tambahan berupa kuning
telur yang telah direbus atau zooplankton yang sesuai dengan bukaan mulutnya
dan alat pencernaan yang masih lemah dalam tubuhnya. Baru lah pada hari ke 14
benih lele sangkuriang dapat diberikan asupan pakan lain selain zooplankton
(Susanto, 2007)
Banyak makanan alami maupun buatan
pabrik yang tersedia dipasaran maupun dialam bagi pakan alami. Beberapa
pakan yang cocok bagi larva lele sengkuriang yaitu zooplankton, kutu air,
maggot, moina, rotifera, Tubifex, jentik nyamuk dan pellet butiran
berupa bubur tepung ikan, tepung udang, dan kuning telur (Soetomo, 2000). Namun belum diketahui jenis pakan
yang terbaik untuk memacu pertumbuhan benih ikan lele dumbo. Berdasarkan hal
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pemberian pakan dari beberapa
jenis pakan tersebut untuk melihat pertumbuhan lele sangkuriang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang selama
diberikan pakan yang berbeda berupa maggot,
jentik nyamuk dan pelet sehingga diperoleh informasi jenis pakan yang paling
baik untuk benih ikan lele sangkuriang.
1.2
Permasalahan
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas dapat ditentukan permasalahan penelitian Apakah
pakan yang berbeda dari maggot larva lalat black soldier (Hermetia illucens), jentik nyamuk, dan pelet mana dari ke tiga pakan
tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang (clarias
sp).
1.3
Tujuan
Penelitian
Adalah untuk
mengetahui jenis pakan mana dari maggot larva lalat black soldier (Hermetia illucens), jentik nyamuk, dan pelet yang
berpengaruh untuk pertumbuhan yang optimal benih ikan lele sangkuriang.
1.4
Manfaat
Penelitian
Manfaat bagi penelitian
ini adalah memberikan informasi kepada pembudidaya ikan lele sangkuriang
tentang jenis pakan mana yang optimal bagi pertumbuhan benih ikan lele
sengkuriang dan sebagai panduan bagi dunia khususnya di dunia perikanan
budidaya.
1.5
Hipotesis
1.
Tidak ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan
dn kelangsungan hidup Larva Ikan Semah.
2.
Ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva ikan semah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele Sangkuriang
2.1.1
Klasifikasi Ikan Lele
Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan hasil
perbaikan genetika lele dumbo melalui silang balik (backcross). Sehingga
klasifikasinya sama dengan lele dumbo yakni: Phyllum: Chordata, Kelas: Pisces, Subkelas: Teleostei, Ordo: Ostariophys, Sub
ordo:Siluroidea, Famili: Clariidae, Genus: Clarias, Spesies: Clarias sp (Lukito,
2002).
2.1.2
Proses Perbaikan Genetik.
Lele Sangkuriang merupakan hasil
perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk
betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6).
Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6 selanjutnya dikawinkan
dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan lele
sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang berasal dari
keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi dari Afrika ke Indonesia tahun
1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang
ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (Anonimus, 2007).
Meskipun induk awal lele sangkuriang
berasal dari ikan lele dumbo, antara keduanya tetap memiliki perbedaan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawan ini:
Tabel 1. Karakter Reproduksi Lele Sangkuriang dan Lele Dumbo
Deskripsi
|
Lele Sangkuriang
|
Lele Dumbo
|
Kematangan
|
8 – 9
|
4 – 5
|
Fekunditas
(butir/kilogram induk betina)
|
40.000 – 60.000
|
20.000 – 30.000
|
Diameter telur (mm)
|
1,1 – 1,4
|
1,1 – 1,4
|
Lamanya
inkubasi telur pada suhu 23o-24oC (jam)
|
30 – 36
|
30 – 36
|
Lamanya
kantung telur terserap pada 23o-24oC (hari)
|
4 – 5
|
4 – 5
|
Derajat
penetasan telur (%)
|
> 90
|
> 80
|
Sifat larva
|
Tidak kanibal
|
Tidak kanibal
|
Kelangsungan
hidup larva (%)
|
90 – 95
|
90 – 95
|
Pakan alami
larva
|
Moina sp. Daphnia sp. Tubifex sp.
|
Moina sp. Daphnia sp. Tubifex sp.
|
Sumber: Effendi, 2004
2.1.3 Ciri – Ciri Morfologi
Menurut Anonimus (2005) secara umum
morfologi ikan lele sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan
lele dumbo yang selama ini banyak dibudidayakan. Hal tersebut dikarenakan
lele sangkuriang sendiri merupakan hasil silang dari induk lele dumbo. Tubuh
ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk tubuh memanjang, berkulit licin,
berlendir, dan tidak bersisik (Anonimus, 2005).
Bentuk kepala menggepeng (depress), dengan
mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut. Lele Sangkuriang
memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur. Sementara itu, sirip yang yang berpasangan ada dua yakni
sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada (pina thoracalis) dijumpai
sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri
dan kadang-kadang dapat dipakai untuk berjalan dipermukaan tanah atau pematang.
Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan
(organ arborescent), bentuknya seperti batang pohon yang penuh
dengan kapiler-kapiler darah (Anonimus, 2005).
2.1.4 Habitat
Lele sangkuriang dapat hidup di
lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang
baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 ppm, CO2 kurang
dari 12 ppm, suhu (24 – 26) o C, pH
(6 – 7), NH3 kurang dari 1 ppm dan
daya tembus matahari ke dalam air maksimum 30 cm (Lukito, 2002).
2.1.5 Tingkah Laku
Ikan lele dikenal aktif pada malam
hari (nokturnal). Pada siang hari, ikan lele lebih suka berdiam didalam
lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele
mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk lumpur dasar untuk mencari binatang – binatang
kecil (bentos) yang terletak di dasar perairan (Simanjutak, 1989).
2.1.6
Kebiasaan Makanan
Benih ikan lele sangkuriang menyukai
jasad renik seperti protozoa, crustacea yang halus, rotifera, dan fitoplankton.
Setelah dewasa, ikan lele sangkuriang lebih menyukai larva insekta, udang,
cacing, ikan, dan bahan organik/detritus yang berada didasar kolam. Selain itu,
lele juga mau memakan jasad hewan yang membusuk. Olek karena itu ikan lele
sering disebut scravenger atau
pemakan bangkai. Binatang ini hidup dialam sebagai binatang yang aktif mencari
makan pada malam hari. Namun dikolam, ikan lele sudah bisa dilatih untuk aktif
pada siang hari. Lele tergolong ikan pemakan segala (omnivora), tetapi lebih
menyukai pakan yang berasal dari hewan (Susanto, 2007)
2.1.7 Perkembangbiakan
Ikan lele mencapai kedewasaan setelah
mencapai ukuran 100 gram atau lebih. Jika sudah masanya berkembang biak, ikan
jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang
yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira – kira
20 – 30 cm dibawah permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu
bahan (jerami atau rumput – rumputan) seperti ikan gurame, melainkan hanya
meletakkan telurnya di atas dasar lubang sarangnya itu. Setelah menunggu 24 – 48
jam, telur – telur akan dibuahi oleh induk jantan dan warna telur akan berubah.
Jika berwarna putih,berarti gagal dibuahi. Jika berhasil dibuahi,warna telur
berubah kuning kemerahan. Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telur
bersamaan waktunya dengan jantan melepaskan mani (sperma) di dalam air.
Terjadilah permbuahan di dalam air. Telur yang telah dibuahi dijaga oleh induk
betina sampai telur menetas dan cukup kuat untuk berenang. Lama penjagaan ini
seminggu sampai sepuluh hari. Setelah perkawinan, induk jantan meninggalkan
sarang dan tidak menghiraukan anak-anaknya. Dalam tempo 24 jam setelah
perkawinan, telur akan menetas. Selama seminggu sampai sepuluh hari anak ikan
lele akan dijaga oleh induknya sampai anak-anak ini cukup kuat meninggalkan
sarangnya (Djajadiredja, 1973).
Biasanya ikan lele memijah sore hari
pada musim dingin. Lain hal di kolam pemeliharaan. Menurut pengalaman, dikolam
ikan lele dapat memijah sepanjang tahun, jadi tidak mengenal musim. Hal ini
mungkin disebabkan keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setiap saat.
Sungguhpun demikian, tanpa aliran air atau sirkulasi air pun, ikan lele dapat
juga memijah di kolam, tetapi frekuensinya tidak begitu sering (Djajadiredja, 1973).
2.2 Maggot
Maggot merupakan organisme
yang berasal dari telur black soldier yang mengalami metamorfosis pada
fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah
menjadi lalat dewasa. Klasifikasi menurut Wikipedia (2013) adalah sebagai
berikut : Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Class Insecta, Ordo Diptera, Family
Stratiomyidae, Subfamily Hermetiinae, Genus Hermetia, dan Species H. Illucens.
Maggot mengalami beberapa
tahapan selama siklus hidupnya, yang diawali dengan telur yang dihasilkan oleh black
soldier, kemudian telur menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi
pupa, dan akhirnya pupa menjadi black soldier dewasa. Maggot umumnya
dikenal sebagai organisme pembusuk karena kebiasaannya mengkonsumsi bahan-bahan
organik. Maggot mengunyah makanannya dengan mulutnya yang berbentuk seperti
pengait atau hook (Tomberlin, 2009).
Maggot dapat tumbuh pada bahan
organik yang membusuk di wilayah temperate dan tropis. Maggot dewasa tidak
makan, tetapi hanya membutuhkan air sebab nutrisi hanya diperlukan untuk
reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam siklus hidupnya
tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia. Dalam usia dewasa
makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal
dari cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya. Perkembangbiakan dilakukan
secara seksual, yang betina mengandung telur, kemudian telur diletakan pada
permukaan yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk
larva. Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk tumbuh sehingga
menjadi pupa (Tomberlin, 2009).
2.3 Jentik Nyamuk
Jentik atau larva nyamuk ini biasa
disebut pula dengan istilah cuk atau uget-uget (Jawa). Tubuh jentik nyamuk
terlihat berulir dan berwarna kelabu kehitaman. Adapun panjang tubuhnya berkisar
10—25 mm. Siklus hidup jentik nyamuk sejak menetas hingga menjadi nyamuk dewasa
sekitar 5—6 hari. Terdapat beberapa jenis jentik nyamuk, tergantung jenis nyamuk
induknya. Namun, secara umum jenis jentik nyamuk tersebut dapat dikonsumsi oleh
ikan benih ikan lele sangkuriang. Jentik berumur 2—3 hari sangat cocok untuk
benih ikan lele sangkuriang adalah berumur 2—3 bulan. Kandungan nutrisi kandungan
nutrisi yang terkandung dalam jentik nyamuk yaitu protein 15,58%; lemak 7,81%;
serat 3,46%; dan abu 1,4% (Sidharta dan Sitanggang, 2009).
Berikut adalah klasifikasi dari
jentik nyamuk menurut wikipedia (2013): Filum arthropoda, Kelas insecta, Bangsa
diphtera, Suku culicidae, Marga aedes, spesies aedes aegypty.
Siklus hidup nyamuk sejak telur
hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga- serangga yang lain
mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda- beda. Dalam siklus hidup nyamuk
terdapat empat stadia, yaitu Stadium telur, Larva, Pupa, dan dewasa. Stadium
dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedang ketiga stadia yang hidup
dan berkembang di dalam air (Sidharta dan Sitanggang, 2009).
Nyamuk akan meletakkan telurnya di
tempat yang berair. Air dalam hal ini merupakan faktor utama, olh karena tanpa
air telur tidak akan tumbuh dan berkembang. Dalam keadaan kering telur akan
cepat kering dan mati, meskipun ada beberapa nyamuk yang telurnya dapat
bertahan dalam waktu waktu lama meskipun dalam lingkungan tanpa air (Sidharta dan Sitanggang, 2009).
Untuk perkembangan stadium jentik
memerlukan tingkatan- tingklatan pula, antara tingklatan yang satu dengan
tingkatan lainnya bentuk dasarnya sama. Selama stadium jentik dikenal empat
tingkatan yang masing- masing tingklatan dinamakan instar. Untuk jentik nyamuk
instar pertama, kedua, ketiga dan keempat bulu- bulu sudah lengkap, sehingga
untuk identifikasi jentik diambil jentik instar keempat Stadiumjentik
memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan perkembangan jentik
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan
makanan, ada tidaknya predator dalam ai, dan lain sebagainya (Sidharta dan Sitanggang, 2009).
Pupa adalah stedium akhir dari
nyamuk yang berada di dalam air. Stadium pupa tidak memerlukan makanan dan
merupakan stedium dalam keadaan inaktif. Pada stadium ini terjadi pembentukan
sayap sehingga setelah cukup waktunya nyamuk yang keluar dari kepompong dapat
terbang. Meskipun stadium pupa dalam keadaan inaktif, bukan berarti tidak ada
proses kehidupan. Pupa tetap memerlukan Oksigen, Oksigen masuk ke dalam tubuh
melalui corong nafas. Stadium pupa makan waktu kurang lebih 12 hari (Sidharta dan Sitanggang, 2009).
Dari pupa akan keluar nyamuk/
stadium dewasa. Berdasarkan jenis kelaminnya nyamuk dapat dibedakan atas nyamuk
jantan dan betina. Nyamuk jantan keluar lebih dahulu dari nyamuk betina,
setelah nyamuk jantan keluar, maka jantan tersebut tetap tinggal di dekat
sarang (breeding places). Kemudian setelah jenis yang betina keluar, maka
sijantan kemuadian akan mengawini betina sebelum betina tersebut mencari darah.
Betina yang telah kawin akan beristirahat untuk sementara waktu (1-2 hari)
kemudian baru mencari darah. Setelah perut penuh darah betina tersebut akan
beristirahat lagi untuk menunggu proses pemasakan dan pertumbuhan telurnya.
Selama hidupnya nyamuk betina hanya akali kawin. Untuk pertumbuhan telur yang
berikut, nyamuk betina mencari darah untuk memenuhi kebutuhan zat putih telur
yang diperlukan. Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu proses perkembangan
terurnya berbeda- beda tergantung pada beberapa faktor diantaranya yang penting
adaslah temperatur dan kelembaban serta spesies dari nyamuk (Sidharta dan Sitanggang, 2009).
2.4 Pakan Pelet
Pakan buatan yang dimaksud dalam
artikel ini adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk ikan peliharaan yang
berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang baik
sesuai dengan kebutuhan ikan dan dalam pembuatannya sangat memperhatikan sifat
dan ukuran ikan. Pakan buatan dibuat oleh manusia untuk mengantisipasi
kekurangan pakan yang berasal dari alam yang kontinuitas produksinya tidak
dapat dipastikan. Dengan membuat pakan buatan diharapkan jumlah pakan yang
dibutuhkan oleh ikan akan terpenuhi setiap saat. Pakan buatan yang berkualitas
baik harus memenuhi kriteri - kriteria sebagai berikut:
Ø Kandungan gizi pakan terutama
protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan
Ø Diameter pakan harus lebih kecil
dari ukuran bukaan mulut ikan
Ø Pakan mudah dicerna
Ø Kandungan nupatrisi pakan mudah
diserap tubuh
Ø Memiliki rasa yang disukai ikan
Ø Kandungan abunya rendah
Ø Tingkat efektivitasnya tinggi (Anonimous,
2013).
Sebelum
proses pembuatan pakan ikan dimulai, harus dipahami terlebih dahulu tentang
jenis-jenis pakan yang dapat diberikan kepada ikan budidaya. Pengelompokkan
jenis-jenis pakan ikan dapat dibuat berdasarkan bentuk, berdasarkan kandungan
airnya, berdasarkan sumber dan berdasarkan kontribusinya pada pertumbuhan ikan.
Jenis-jenis pakan buatan berdasarkan bentuk antara lain adalah:
1.
Bentuk
larutan; Digunakan sebagai pakan burayak ikan (berumur 2 - 20 hari). Pakan
bentuk larutan ada 2 macam, yaitu: 1) Emulsi yakni bahan yang terlarut menyatu
dengan air pelarutnya; 2) Suspensi yakni bahan yang terlarut tidak menyatu
dengan air pelarutnya. Pakan bentuk larutan ini biasanya diberikan pada saat
larva, dengan komposisi bahan baku yang utama adalah kuning telur bebek atau
ayam dengan tambahan vitamin dan mineral.
2.
Bentuk
tepung/meals; Digunakan sebagai pakan larva sampai benih (berumur 2-40
hari).Tepung halus diperoleh darremah yang dihancurkan ataudibuat komposisi
dari berbagaisumber bahan baku sepertimenyusun formulasi pakan, dan biasanya
diberikan pada larvasampai benih ikan
3.
Bentuk
butiran/granules; Digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80
hari). Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan atau dibuat sama
seperti membuat formulasi pakan lengkap dan bentuknya dibuat menjadi butiran.
4.
Bentuk
remahan/crumble; Digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung
(berumur 80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi
butiran kasar.
5.
Bentuk
lembaran/flake; Biasa diberikan pada ikan hias atau ikan laut dan dibuat dari
berbagai bahan baku disesuaikan dengan kebutuhan dan pada saat akan dibentuk
dapat menggunakan peralatan pencetak untuk bentuk lembaran atau secara
sederhana dengan cara membuat komposisi pakan kemudian komposisi berbagai bahan
baku tersebut dibuat emulsi yang kemudian dihamparkan di atas alas aluminium
atau seng dan dikeringkan, kemudian diremas-remas.
6.
Bentuk
pellet tenggelam/sinking; Biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air
tawar maupun ikan air laut yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut
berenang di dalam perairan. Ukuran ikan yang mengkonsumsi pakan bentuk pellet
bervariasi dari ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet yang
dibuat biasanya 50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan
sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan
berumur > 120 hari.
7.
Bentuk
pellet terapung/floating; Biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air
tawar maupun ikan air laut yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut
berenang di permukaan perairan. Ukuran ikan yang mengkonsumsi pakan bentuk
pellet bervariasi dari ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet
yang dibuat biasanya 50% nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan
sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan
berumur > 120 hari (Anonimous,
2013).
Jenis
pakan ikan berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan
alami dan pakan buatan. Dalam buku teks ini akan dibahas secara detail setiap
kelompok pakan ini pada bab tersendiri yaitu teknologi pembuatan pakan dan
teknologi produksi pakan alami (Anonimous, 2013).
Jenis pakan ikan berdasarkan konstribusinya dalam menghasilkan penambahan berat
badan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1.
Suplementary
Feed/pakan suplemen yaitu pakan yang dalam konstribusinya hanya menghasilkan
penambahan berat badan kurang dari 50%. Jenis pakan ini biasanya dibuat oleh
para pembudidaya ikan dengan mencampurkan beberapa bahan baku tanpa
memperhitungkan kandungan proteinnya sehingga kandungan nutrisi dari pakan ini
tidak lengka
2.
Complete
Feed/pakan lengkap yaitu pakan yang dalam konstribusinya menghasilkan
penambahan berat badan lebih dari 50%. Jenis pakan ini biasanya adalah pakan
kering dengan berbagai bentuk dimana komposisi bahan bakunya lengkap sehingga
kandungan protein pakan mencukupi kebutuhan ikan yang akan mengkonsumsinya (Anonimous,
2013).
Dengan mengetahui jenis-jenis pakan maka para pembudidaya ikan dapat menentukan
jenis pakan yang akan dibuat disesuaikan dengan ikan yang akan dipeliharanya.
Jenis pakan buatan yang akan dibahas dalam buku ini adalah pakan buatan yang
akan dikonsumsi oleh ikan yang berukuran induk, larva atau benih sesuai dengan
kebutuhan nutrisi ikan dalam bentuk pakan kering atau lembab. Pakan buatan yang
dibuat sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan akan memberikan pertumbuhan yang
optimal bagi ikan yang mengkonsumsinya. Selain itu pakan yang dibuat sendiri
mempunyai kandungan protein dan energi yang sesuai dengan kebutuhan ikan serta
mempunyai harga yang lebih murah dibandingkan dengan membel pakan buatan. Pakan
merupakan komponen biaya operasional yang cukup besar dalam suatu usaha
budidaya ikan sekitar 60% merupakan biaya pakan. Oleh karena itu dengan
mempunyai kompetensi pembuatan pakan ikan diharapkan akan mengurangi biaya produksi
yang cukup besar (Anonimous, 2013).
Dalam
membuat pakan buatan langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
perencanaan pembuatan pakan buatan. Perencanaan terhadap pembuatan pakan harus
dibuat dengan seksama agar pakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan ikan yang
mengkonsumsinya. Pengetahuan pertama yang harus dipahami adalah mengenai
kandungan nutrisi dari pakan buatan (Anonimous, 2013).
Kandungan
nutrisi yang terdapat didalam pakan buatan harus terdiri dari protein, lemak,
karbohidrat , vitamin dan mineral. Komposisi nutrisi pakan yang terdapat pada
pakan buatan sangat spesifik untuk setiap ukuran ikan. Kualitas pakan buatan
ditentukan antara lain oleh kualitas bahan baku yang ada. Hal ini disebabkan
selain nilai gizi yang dikandung bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan ikan,
juga pakan buatan ini disukai ikan baik rasa, aroma dan lain sebagainya yang
dapat merangsang ikan untuk memakan pakan buatan ini. Kajian tentang materi ini
telah dibahas dalam bab sebelumnya yaitu tentang nutrisi ikan (Anonimous,
2013).
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian selama satu bulan dan
tempat penelitian dilaksanakan di Laboraturium, Basah Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan,Universitas Teuku Umar, Alue Penyareng, Kecamatan Meurebo,
Meulaboh, Aceh Barat.
3.2 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian experimen. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa
pemberian jenis pakan yaitu Maggot, Jentik Nyamuk, dan Pellet Pabrik.
3.3
Alat Dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ember bulat sebanyak 9 buah, Timbangan elektrik, alat
tulis, penggaris, ph meter, do meter, termometer, aerator, selang aerator, dan
batu aerator.
3.3.2
Bahan.
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele sangkuriang yang
berjumlah 15 ekor per akuarium dan berumur 20 hari. Pakan yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah A = Maggot, B = Jentik Nyamuk, dan C = Pellet Pabrik. Air
yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sumur bor.
3.4
Prosedur Kerja
Kegiatan awal yang dilakukan
adalah menyiapkan media penelitian yaitu ember bulat sebanyak 9 buah. Ember
bulat tersebut dibersihkan, kemudian Ember bulat diisi air bersih, pada
masing-masing akuarium diberikan aerasi sebagai suplai oksigen dan didiamkan
selama 1-2 hari untuk mengendapkan sedimen didalam air dan meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dalam air. Selanjutnya ke dalam masing-masing Ember
bulat dimasukkan ikan uji dengan kepadatan 15 ekor/ Ember bulat.
Selama waktu penelitian pada
masing-masing ikan uji diberi pakan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali
dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, 14.00 dan 21.00 WIB dimana pemberian pakan
secara ad libitum (pemberian pakan sampai kenyang) Adapun indikator kenyang
pada benih ikan lele sangkuriang adalah benih ikan lele sangkuriang tidak
merespon lagi pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan pada masing-masing
perlakuan berupa pakan yaitu maggot, jentik nyamuk dan pellet pabrik diberikan
sedikit demi sedikit sampai ikan tersebut tidak mau makan lagi. Pembersihan
akuarium dengan menggunakan selang kecil dilakukan setiap pagi dan sore hari
untuk membuang sisa-sisa pakan dan kotoran yang terdapat dalam akuarium.
Penelitian dilakukan selama 30 hari.
Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah pertambahan berat dan pertambahan panjang ikan lele
sangkuriang. Untuk pengamatan terhadap pertambahan berat dengan cara melakukan
penimbangan ikan uji pada masing-masing perlakuan dengan menggunakan timbangan
elektrik setiap 10 hari yang dilakukan pada awal penelitian, hari ke-10, ke 20
dan hari ke-30 atau akhir penelitian. Sedangkan untuk mengukur tingkat
kelangsungan hidup dengan cara mencatat tiap ikan uji yang mati selama
penelitian . Untuk pengamatan kualitas air yang dilakukan 2 kali selama
penelitian yaitu pada awal dan akhir penelitian juga dirata-rata pada akhir
penelitian.
3.5
Data Yang Diamati
3.5.1
Pertumbuhan Bobot Mutlak sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Effendi
(2004):
Keterangan rumus:
Wm = pertumbuhan berat mutlak (gr)
Wt = berat akhir benih ikan lele
sangkuriang uji (gr)
Wo = berat awal benih ikan lele
sangkuriang uji (gr)
3.5.2
Tingkat Kelangsungan hidup sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh
Efendi (2004):
Keterangan rumus:
SR = Tingkat kelangsungan hidup
(%)
Nt = Jumlah total ikan hidup
sampai akhir penelitian
No = Jumlah total ikan pada awal
penelitian
3.5.3
Kualitas Air diukur Sebagai data penunjang, dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter
kualitas air yaitu suhu, oksigen terlarut, dan pH.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan sidik ragam jika berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji
Duncans pada tingkat kepercayaan 95% (α =0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2007. Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp). www.dkp.go.id.
Anonimous. 2013. Bab 6 Teknologi Pakan Buatan. www.crayonpedia.org.
Djajadiredja,R. 1973. Peningkatan
Usaha Pemeliharaan Ikan di Kolam
Perkarangan. Ditjen Perikanan : Jakarta
Effendi, M.I. 2004. Metode biologi
perikanan. Penerbit Dwi Sri, Bogor.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
Lukito AM. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta
Susanto, H. 2007. Budidaya
Ikan Dipekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta
Soetomo, M.H.P. 2000. Teknik
Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya dan
Algesindo.
Bandung.
Shidarta, E.P. dan Sitanggang,
M. 2009. Mencetak Cupang Jawara Kontes.
PT.Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Simanjutak RH. 1989. Pembudidayaan
Ikan Lele Sangkuriang dan Dumbo.
Bharatara.
Jakarta
Tomberlin. 2009. Development
of the black soldier fly (Diptera: Stratiomyidae) in
relation to
temperature.
Entomol Vol. 38(3): 930-934.